Sempat tergelitik kecil perasaanku, ketika seorang guru
Biologiku berkata seperti ini, ‘Kalau waktu masih SD, kalau ada tugas
berpasangan, maunya perempuan pasangan perempuan, laki-laki sama laki-laki,
tapi kebalik dengan kalau sudah besar’. Memang benar sih, hihihihi. Apa lagi
kalau ada perasaan lain. Uupps!
Ketika semua sudah berubah, ketika aku sudah duduk di sebuah
sekolah menengah atas ini, beberapa guruku mulai mengajarkan banyak hal sekitar
tentang remaja. Mulai dari ungkapan cinta, sampai kerentanan masa remaja.
Oke, gue mau bahas tentang kerentanan masa remaja dulu deh,
mumpung gue masih remaja juga, hehehe. Maaf, yah, bahasanya jadi ‘aku’ dan
‘gue’.
Masa SMP, gue termasuk orang yang belum terlalu mengerti
penampilan. Tetapi, gue sempat naksir sama teman di sekolah dasar, entahlah,
gue juga gak tau. Cakep? Perasaan biasa saja. Duh, sempat kepingin nyemir
rambut karena gak pD rambut agak kepirangan. Tetapi, mamaku melarang, karena
takut terkena penyakit, jadi, gue nurut aja.
Beranjak lulus dari SD, gue mulai berfikir mengenakan
jilbab. Asalnya sih, supaya gak kelihatan kurus, soalnya udah bosen diejek
‘kurus’. Yah, sudahlah, akhirnya, gue mulai mengenakan jilbab. Awalnya mungkin
sering keringatan, lama-kelamaan terbiasa.
Pulang sekolah, sepeda keranjang masih jadi temen dekat gue
sekitar 3 tahunan. Panas? Ya, lah, untung saja, jilbab ini melindungi wajah,
dan seluruh badan. Otomatis, temen-temen kalau lagi banding-banding tangan, gue
selalu menang. Hahaha, yuk pake jilbab, biar putihan juga!
Sekarang, gue mengikuti sebuah organisasi Forum Remaja
Muslim di SMAN 4 Balikapan dan Alhamdulillah, gue jadi pengurus bagian wirus.
Loh, kok jadi pamer? Ah, bukan itu yang mau dibahas. Gue mau bahas tentang
kegiatan Liqho mingguan. Semacam pengajian + penyampaian materi agama.
Murobbi gue bilang, ‘lakukan karena Allah’. Kata-kata itulah
yang masih aku ingat. Mba-mbanya baik, tidak dibayar, malah kadang memberi
kejutan kecil.
SMAN 4 Balikpapan ini, harus naik ojek kalau mau pake
transportasi umum. Ckckck… biaya pribadi. Entah apa yang mereka fikirkan.
Padahal, jarak yang ditempuh cukup jauh dan biaya transportasi yang dibilang
lumayan jika dihitung-hitung. Tetapi, mereka masih tetap ada menemani liqo
bersama kami.
Mungkin, mereka punya perasaan ‘jihad’, perasaan peduli
terhadap kaum muslimin yang dilanda kemunduran, atau mungkin kebodohan. FRM
juga mengenalkan dengan banyak orang luar, seperti Kormi di Istiqomah, tetapi,
sayang, jarak terlalu jauh.
Saat ini, gue sudah duduk dikelas 2 SMA, masa-masa sekolah akan
segera berlalu. Guruku masih selalu memberi nasihat yang berharga. “Buatlah
tiang yang kokoh agar tak roboh!” yah, aku harap kamu, tau, Kan, kan, ikan…!
Kamu akan berada disana, di luar kota, jauh dari ayah dan ibumu! Orang tuamu
hanya bisa mengawasi lewat kata-kata, tetapi, pergaulan bisa merubah seseorang!
Tetapi, jika seseorang memiliki pengetahuan luas tentang agama, aku harap kamu
memiliki kekuatan pribadi. Kekuatan pribadi sehingga kamu tak mudah terpengaruh
termasuk diri aku.
Aku gak tau kenapa tulisanini jadi seolah berbicara pada
seseorang. Tetapi aku hanya ingin menulis apa yang aku dapatkan dan berbagi
pada pembaca blog ini.
Bencana paling besar adalah bencana kufur dan maksiat. Tidak
ada yang bisa mengajak kepada kufur dan maksiat itu kecuali mata hatinya telah
buta karena gelapnya kebodohan.
Rasullaulah
bersabda “Orang yang pintar adalah
yang menyiapkan (bekal) dirinya dan beramal untuk apa yang sesudah mati. Orang dungu adalah orang yang mengikuti hawa
nafsunya dan mengharap –harap (balasan baik) atas Allah.
No comments:
Post a Comment