Saturday, October 22, 2011

Diari Kecil


18 oktober 2011
Sebenarnya, aku agak merasa gak karuan waktu berangkat tadi pagi. Gimana enggak coba, aki merasa lihat dia membuang wajah tepat didepan mata gue. Langsung aja gue tancap gas dan cepat parkir. Tak seperti biasanya. Gue cepet-cepet jalan dan tinggalin dia. Kesel banget rasanya!!
Dengan perasaan seperti itu, aku menuruni tangga seperti menaiki sepeda yang meluncur dari atas bukit. Mungkin ininya namanya galau. Handpone pun aku matikan agar bisa lebih menenangkan perasaanku.
Aku menatap Teman semejaku yang sedang duduk santai. Dia lalu mengeluarkan sebuah buku bergambar mobil. Karena buku itu, aku tidak bisa datang lebih pagi lagi. Tetapi, Alhamdulillah, aku jadi bisa bertemu dengan Ikan dijalan.
Pelajaran pertama dimulai dengan ketenangan yang menyenangkan bagiku. Jam Matematika tidak ada gurunya, senang sekali. Akhirnya bisa refresh! Dengan santai aku mengajak Tyas kekantin untuk sarapan pagi. Bawaan lapar memang menghantuiku karena tidak makan malam.
Fita dan Nadia menulis catatan yang ada dipapan tulis. Bagiku, mereka adalah orang tua yang mengenakan pakaian anak-anak, yah, walaupun mereka tak menyadarinya. Mereka biasa melepas pakaian anak-anak disaat tertentu. Itu yang membuatku bisa bercerta tentang masalah-masalh  yang aku hadapi. Walau terkadang aku juga kadang kesal dengan keisengan mereka. Mereka cenderung berpendapat bahwa aku dan mereka ibarat nenek-nenek dan anak-anak. Tapi, ayolah, jangan sebut aku ‘nenek-nenek’, kan?
Pelajaran Seni, kali ini aku diminta menjadi pemain gitar. Aku ragu, tapi teman-temanku memintaku, yah, akhirnya aku terima permintaan mereka. Aku berharap, tidak mengecewakan diri mereka.
Belum jam istirahat, aku dan teman-temanku sudah melancong kekantin lebih dahulu. Sebenarnya ada tugas, tetapi, ya, nantilah. Sebenarnya, tak ada niat untuk kekantin lagi. Wajah mereka yang tak enak dilihat membuatku berubah fikiran .yah, akhirnya aku  pergi untuk menemani fita dan Nadia makan.
Hingga akhirnya segerombolan wanita datang diwaktu kami menikmati nasi goreng murah meriah itu. Aku sadar, mereka adalah anak dari kelas IPA 2. Sedikit harapan kecil dalam hati, semoga ikan kekantin juga.
Alhamdulillah, yang kutunggu akhirnya datang. Seorang pria berambut sedikit acak datang bersama temannya yang sebaya tingginya. Ia lalu masuk kedalam warung makan.
Awalnya, aku ragu untuk menemuinya. Tapi, ya sudahlah, akhirnya aku menemuinya untuk bertanya padanya apa yang sedang terjadi. aku pamit sebentar dari hadapan Nadia dan Fita.
Seperti biasa, ia setia dengan Hape kesayangannya.
Aku menanyakan alasan ia mengirim pesan yang tak enak untuk dibaca. Ia mengatakan bahwa ia sedang ada masalah. Aku bertanya, mengapa ia tak mau cerita. Sepertinya, ia masih saja tertutup. Aku hanya ingin tau keadaannya. Padahal dia sendiri pernah berkata padaku mengapa aku tak pernah bercerita jika ada masalah dalam pelajaran.  Tapi, biarlah, biar waktu yang akan mengajarinya. Yah, ternyata aku salah paham, dia tak ada membuang wajah padaku. Tak lama kemudian aku pergi dengan memutar arah kipas angin yang tadinya kearahnya menjadi kearah temannya. Hihihi…..
Jam pelajaran Bahasa Inggris, dengan sedikit kantuk aku masih berjuang untuk terus menatap kedepan. Aku berusaha memperhatikan walaupun sudah sedikit menguap. Teringat pada ulangan lalu, ketika aku mengerjakan hanya beberapa soal dari ulangan yang diberikan Ibu Nur Jannah. Yah, aku pasrah nilaiku akan jelek. Tetapi Alhamdulillah, tuhan masih memberiku kesempatan un tuk memperbaikinya. Ibu Nur memintaku untuk mengerjakannya kembali didepan. Selamatlah aku dari nilai jelek. 70, terima kasih Tuhan.
Pulang dari sekolah ada rapat kecil FRM. Aku pun kesana. Sebenarnya Fita ingin pulang, tetapi Nadia tidak mau pulang, yah, akhirnya fita mengikuti kemauan Nadia. Aku berusaha memasang wajah bersahabat pada adik-adik kelas wirus itu.
Rapat tak sesuai rencana, aku pulang lebih dahulu, kesal!
Untuk mengobatinya, Nadia mengajakku makan diwarung Ibu Pisjo.
Pulang dari sekolah, aku tak langsung makan diwarung, aku langsung pulang kerumah, membuat pembukuan dan tidur. Hari ini, aku merasa ada sedikit perasaan semangat. Aku pulang sekolah sedikit lebih cepat dengan wajah berdebar. Kenapa? Mungkin karena aku harus membuat pembukuan dari hasil wirus gue. Hm,,, etelah dihitung, gue make uang wirus sebesar 140ribu rupiah. Wuis, banyak banget, tapi alhamdulillah, seratus ribunya au diganti mama karena dipakai buat benerin laptop gue.
Jam menunjukan jam 7 kurang. Aku terbangun. Dengan setengah sadar, aku bangun dan keruang makan. Aku ditegur adikku untuk mandi. Akhirnya, aku mandi dengan keadaan mata merah dan rambut berantakan. Selesai mandi, aku baru menyadari bahwa aku ada jadwal les Bahasa Inggris. Sebenarnya, malas, apalagi aku belum makan. Tapi untung saja, aku bisa memaksa diriku untuk tetap les.
Dengan perut lapar, aku pergi les bersama Rian. Sayang, Nadia pada malam hari ini tidak menampakkan batang hidungnya.
Aku sangat menyukai kosa kata baru yang aku dapatkan sewaktu les. Yah, kosakata itu memang sering muncul di pelajaran sekolah dan lebih mendalam. Aku lebuh semangat untuk belajar walau terkadang beberpa kali aku menengok kearah jam dinding berharap jam cepat berlalu karena aku merasa lapar!!!



19 Oktober 2011
Setelah mengantar adikku ke-SMK, aku pun pergi kesekolah.  Seperti biasa, jalan sedikit agak ramai. Menyusuri sepanjang pasar yag dipenuhi orang yang sibuk dengan urusannya masing-masingg, tak buatku ragu kesekolah.  Kuparkirkan motor dengan rapi di parkiran bawah.  Tak kulihat dia. “Kemanakah gerangan dirinya?”
Aku terus menyusuri jalan hingga melewati pohon mangga besar. Ku lihat seorang temannya yang sering brsama dirinya. Ingin kutitip salam untuknya, tapi aku merasa malu karena tak terlalu mengenal. Kini ia berjalan bersama Krisna. u
Agak kaget rasanya, Tyas berkata padaku bahwa hari ini akan ulangan PKn. Ayolah, ibunya rasanya gak ada bilang!!! Akhirnya aku masuk kelas dan bertemu seseorang yang membicarakan sesuatu tentang masalah pribadi dan organisasi.
Mengenai organisasi yang ku ikuti, ada sebuah usulan untuk tidak boleh ada yang pacaran . saran itu ditolak. Pembinanya sendiri mengatakan bahwa jika diberlakukan peraturan itu, organisasi itu bisa hilang. Untuk hal itu sendiri, akan kembali kepada setiap indivindu. tidak mengizinjkan atau menggizinkan, itulah pendapat beliau. Tak jauh beda atau mungkin sama apa yang dikatakan oleh Fhita dan Nadia.
Mengenai  peraturan-peraturan tentan hal lain misalkan menutup aurat, minimal di laksanakan disekolah. Yah, aku sadar, individu disini akan merasa terpaksa jika melakukan apa yang tidak didasari niat pribadi yang sejalan.
Ada saatnya teman-teman mungkin berpengaruh besar dalam sesuatu hal. Akhirnya, aku dikritik atas sikapku yang tak pernah mau mendengar perbuatan orang lain untuk melakukan sesuatu. Aku berfikir, jika kita membicarakan hal yang tidak benar, itu akan menjadi pembukaan aib seseorang atau mungkin akan menjadi fitnah jika tak benar.
Mereka akhirnya menjelaskan padaku bahwa niat mereka bukan untuk menjelekkan sesorang, tetapi belajar mengambil hikmah dan juga  belajar dari kesalahan orang –orang tersebut agar tak terulang lagi pada kami semua. Yah, aku sendiri merasakannya. Aku akhirnya sependapat dengan mereka.
Aku harap, mereka lebih pandai bersyukur karena mereka tahu uang sakuku berada dibawah mereka. Aku gak minder, karena itu adalah rezeki dari Tuhan.  Sekecil apapun harus disyukuri. (catet dalam hati gue, nih).
Malam, ini aku agak ragu untuk mengirim pesan padanya. “Ayolah, Mut! Tapi bagaimana jika ia masih ‘bad Mood’?
Menungu, menunggu dan menunggu….
20 Oktober 2011
 Kucincing sepatuku dari kelas dan berlari ke arah parkiran sepeda motor . entahlah, apa yang difikirkan orang-orang setelah melihatku seperti ini. Berlari kecil tanpa alas kaki. Mau apa boleh dkata, alas yang kukenakan sepertinya tak mampu untuk terus digunakan. Apalagi setelah digunakan untuk mengejar  dan memukuli Yati.
Aku bertanya apa masa ikan selama ini yang membuatnya jadi sedimikian. Akhirnya, masalah waktu terungkap. Dia butuh waktu lebih untuk pelajaran. Kecewa? Nggak lah, syukur Tuhan menyadarkanku, kami adalah seorang pelajar. 
Pulang dari sana, aku , Fhita dan Nadia pergi ke kota (belum tau namanya).  Memesan sebuah kacamata minus untuknya dan makan pangsit di daerah sekitar Benua Patra. Hihihi, Ada lagi ini rezeki dari tangan-tangan tuhan.  Ditraktir lagi deh, sama Fhita.
Setelah itu, pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Mencari setidaknya beberapa kaos murah yang bisa dibeli dengan uang saku. Tetapi sayang, sepertinya  tidak ada. Fhita memilih beberapa kaos dideretan baju laki-laki. Setelah dipilih, sang pelayan toko menawarkan baju yang dipilih untuk di coba terlebih dahulu. Aku pun pergi berrsama yang lain keruag ganti.
Seperti biasa, untuk dokumentasi, jeprat-jepret deh….
Apa yah pelajaran untuk hari ini? Hm, setelah masalah dan jawaban itu datang semua tampak manis. . .

No comments: