18 oktober 2011
Sebenarnya, aku agak merasa gak karuan waktu berangkat
tadi pagi. Gimana enggak coba, aki merasa lihat dia membuang wajah tepat
didepan mata gue. Langsung aja gue tancap gas dan cepat parkir. Tak seperti
biasanya. Gue cepet-cepet jalan dan tinggalin dia. Kesel banget rasanya!!
Dengan perasaan seperti itu, aku menuruni tangga seperti
menaiki sepeda yang meluncur dari atas bukit. Mungkin ininya namanya galau.
Handpone pun aku matikan agar bisa lebih menenangkan perasaanku.
Aku menatap Teman semejaku yang sedang duduk santai. Dia
lalu mengeluarkan sebuah buku bergambar mobil. Karena buku itu, aku tidak bisa
datang lebih pagi lagi. Tetapi, Alhamdulillah, aku jadi bisa bertemu dengan
Ikan dijalan.
Pelajaran pertama dimulai dengan ketenangan yang
menyenangkan bagiku. Jam Matematika tidak ada gurunya, senang sekali. Akhirnya
bisa refresh! Dengan santai aku mengajak Tyas kekantin untuk sarapan pagi.
Bawaan lapar memang menghantuiku karena tidak makan malam.
Fita dan Nadia menulis catatan yang ada dipapan tulis.
Bagiku, mereka adalah orang tua yang mengenakan pakaian anak-anak, yah,
walaupun mereka tak menyadarinya. Mereka biasa melepas pakaian anak-anak disaat
tertentu. Itu yang membuatku bisa bercerta tentang masalah-masalh yang aku hadapi. Walau terkadang aku juga
kadang kesal dengan keisengan mereka. Mereka cenderung berpendapat bahwa aku
dan mereka ibarat nenek-nenek dan anak-anak. Tapi, ayolah, jangan sebut aku
‘nenek-nenek’, kan?
Pelajaran Seni, kali ini aku diminta menjadi pemain gitar.
Aku ragu, tapi teman-temanku memintaku, yah, akhirnya aku terima permintaan
mereka. Aku berharap, tidak mengecewakan diri mereka.
Belum jam istirahat, aku dan teman-temanku sudah melancong
kekantin lebih dahulu. Sebenarnya ada tugas, tetapi, ya, nantilah. Sebenarnya,
tak ada niat untuk kekantin lagi. Wajah mereka yang tak enak dilihat membuatku
berubah fikiran .yah, akhirnya aku pergi
untuk menemani fita dan Nadia makan.
Hingga akhirnya segerombolan wanita datang diwaktu kami
menikmati nasi goreng murah meriah itu. Aku sadar, mereka adalah anak dari
kelas IPA 2. Sedikit harapan kecil dalam hati, semoga ikan kekantin juga.
Alhamdulillah, yang kutunggu akhirnya datang. Seorang pria
berambut sedikit acak datang bersama temannya yang sebaya tingginya. Ia lalu
masuk kedalam warung makan.
Awalnya, aku ragu untuk menemuinya. Tapi, ya sudahlah,
akhirnya aku menemuinya untuk bertanya padanya apa yang sedang terjadi. aku
pamit sebentar dari hadapan Nadia dan Fita.
Seperti biasa, ia setia dengan Hape kesayangannya.
Aku
menanyakan alasan ia mengirim pesan yang tak enak untuk dibaca. Ia mengatakan
bahwa ia sedang ada masalah. Aku bertanya, mengapa ia tak mau cerita.
Sepertinya, ia masih saja tertutup. Aku hanya ingin tau keadaannya. Padahal dia
sendiri pernah berkata padaku mengapa aku tak pernah bercerita jika ada masalah
dalam pelajaran. Tapi, biarlah, biar
waktu yang akan mengajarinya. Yah, ternyata aku salah paham, dia tak ada
membuang wajah padaku. Tak lama kemudian aku pergi dengan memutar arah kipas
angin yang tadinya kearahnya menjadi kearah temannya. Hihihi…..
Jam pelajaran Bahasa Inggris, dengan sedikit kantuk aku
masih berjuang untuk terus menatap kedepan. Aku berusaha memperhatikan walaupun
sudah sedikit menguap. Teringat pada ulangan lalu, ketika aku mengerjakan hanya
beberapa soal dari ulangan yang diberikan Ibu Nur Jannah. Yah, aku pasrah
nilaiku akan jelek. Tetapi Alhamdulillah, tuhan masih memberiku kesempatan un
tuk memperbaikinya. Ibu Nur memintaku untuk mengerjakannya kembali didepan.
Selamatlah aku dari nilai jelek. 70, terima kasih Tuhan.
Pulang dari sekolah ada rapat kecil FRM. Aku pun kesana.
Sebenarnya Fita ingin pulang, tetapi Nadia tidak mau pulang, yah, akhirnya fita
mengikuti kemauan Nadia. Aku berusaha memasang wajah bersahabat pada adik-adik
kelas wirus itu.
Rapat tak sesuai rencana, aku pulang lebih dahulu, kesal!
Untuk mengobatinya, Nadia mengajakku makan diwarung Ibu
Pisjo.
Pulang dari sekolah, aku tak langsung makan diwarung, aku
langsung pulang kerumah, membuat pembukuan dan tidur. Hari ini, aku merasa ada
sedikit perasaan semangat. Aku pulang sekolah sedikit lebih cepat dengan wajah
berdebar. Kenapa? Mungkin karena aku harus membuat pembukuan dari hasil wirus
gue. Hm,,, etelah dihitung, gue make uang wirus sebesar 140ribu rupiah. Wuis,
banyak banget, tapi alhamdulillah, seratus ribunya au diganti mama karena
dipakai buat benerin laptop gue.
Jam menunjukan jam 7 kurang. Aku terbangun. Dengan
setengah sadar, aku bangun dan keruang makan. Aku ditegur adikku untuk mandi.
Akhirnya, aku mandi dengan keadaan mata merah dan rambut berantakan. Selesai
mandi, aku baru menyadari bahwa aku ada jadwal les Bahasa Inggris. Sebenarnya,
malas, apalagi aku belum makan. Tapi untung saja, aku bisa memaksa diriku untuk
tetap les.
Dengan perut lapar, aku pergi les bersama Rian. Sayang,
Nadia pada malam hari ini tidak menampakkan batang hidungnya.
Aku sangat menyukai kosa kata baru
yang aku dapatkan sewaktu les. Yah, kosakata itu memang sering muncul di
pelajaran sekolah dan lebih mendalam. Aku lebuh semangat untuk belajar walau
terkadang beberpa kali aku menengok kearah jam dinding berharap jam cepat
berlalu karena aku merasa lapar!!!
19 Oktober 2011
Setelah mengantar adikku ke-SMK, aku pun pergi
kesekolah. Seperti biasa, jalan sedikit
agak ramai. Menyusuri sepanjang pasar yag dipenuhi orang yang sibuk dengan
urusannya masing-masingg, tak buatku ragu kesekolah. Kuparkirkan motor dengan rapi di parkiran
bawah. Tak kulihat dia. “Kemanakah
gerangan dirinya?”
Aku terus menyusuri jalan hingga melewati pohon mangga
besar. Ku lihat seorang temannya yang sering brsama dirinya. Ingin kutitip
salam untuknya, tapi aku merasa malu karena tak terlalu mengenal. Kini ia
berjalan bersama Krisna. u
Agak kaget rasanya, Tyas berkata padaku bahwa hari ini akan
ulangan PKn. Ayolah, ibunya rasanya gak ada bilang!!! Akhirnya aku masuk kelas
dan bertemu seseorang yang membicarakan sesuatu tentang masalah pribadi dan
organisasi.
Mengenai organisasi yang ku ikuti, ada sebuah usulan untuk
tidak boleh ada yang pacaran . saran itu ditolak. Pembinanya sendiri mengatakan
bahwa jika diberlakukan peraturan itu, organisasi itu bisa hilang. Untuk hal
itu sendiri, akan kembali kepada setiap indivindu. tidak mengizinjkan atau
menggizinkan, itulah pendapat beliau. Tak jauh beda atau mungkin sama apa yang
dikatakan oleh Fhita dan Nadia.
Mengenai
peraturan-peraturan tentan hal lain misalkan menutup aurat, minimal di
laksanakan disekolah. Yah, aku sadar, individu disini akan merasa terpaksa jika
melakukan apa yang tidak didasari niat pribadi yang sejalan.
Ada saatnya teman-teman mungkin berpengaruh besar dalam
sesuatu hal. Akhirnya, aku dikritik atas sikapku yang tak pernah mau mendengar
perbuatan orang lain untuk melakukan sesuatu. Aku berfikir, jika kita
membicarakan hal yang tidak benar, itu akan menjadi pembukaan aib seseorang
atau mungkin akan menjadi fitnah jika tak benar.
Mereka akhirnya menjelaskan padaku bahwa niat mereka bukan
untuk menjelekkan sesorang, tetapi belajar mengambil hikmah dan juga belajar dari kesalahan orang –orang tersebut
agar tak terulang lagi pada kami semua. Yah, aku sendiri merasakannya. Aku
akhirnya sependapat dengan mereka.
Aku harap, mereka lebih pandai bersyukur karena mereka tahu
uang sakuku berada dibawah mereka. Aku gak minder, karena itu adalah rezeki
dari Tuhan. Sekecil apapun harus
disyukuri. (catet dalam hati gue, nih).
Malam, ini aku agak ragu untuk mengirim pesan padanya.
“Ayolah, Mut! Tapi bagaimana jika ia masih ‘bad Mood’?
Menungu, menunggu dan menunggu….
20 Oktober 2011
Kucincing sepatuku
dari kelas dan berlari ke arah parkiran sepeda motor . entahlah, apa yang
difikirkan orang-orang setelah melihatku seperti ini. Berlari kecil tanpa alas
kaki. Mau apa boleh dkata, alas yang kukenakan sepertinya tak mampu untuk terus
digunakan. Apalagi setelah digunakan untuk mengejar dan memukuli Yati.
Aku bertanya apa masa ikan selama ini yang membuatnya jadi
sedimikian. Akhirnya, masalah waktu terungkap. Dia butuh waktu lebih untuk
pelajaran. Kecewa? Nggak lah, syukur Tuhan menyadarkanku, kami adalah seorang
pelajar.
Pulang dari sana, aku , Fhita dan Nadia pergi ke kota (belum
tau namanya). Memesan sebuah kacamata
minus untuknya dan makan pangsit di daerah sekitar Benua Patra. Hihihi, Ada
lagi ini rezeki dari tangan-tangan tuhan. Ditraktir lagi deh, sama Fhita.
Setelah itu, pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Mencari
setidaknya beberapa kaos murah yang bisa dibeli dengan uang saku. Tetapi
sayang, sepertinya tidak ada. Fhita
memilih beberapa kaos dideretan baju laki-laki. Setelah dipilih, sang pelayan
toko menawarkan baju yang dipilih untuk di coba terlebih dahulu. Aku pun pergi
berrsama yang lain keruag ganti.
Seperti biasa, untuk dokumentasi, jeprat-jepret deh….
Apa yah pelajaran untuk hari ini? Hm, setelah masalah dan
jawaban itu datang semua tampak manis. . .
No comments:
Post a Comment