Sunday, October 23, 2011

22 Oktober 2011

22 Oktober 2011
Dengan suara ini, aku berrharap, aku lebih mengerti, betapa berharganya kesehatan. bermula dari pergi bersama Fhita dan Nadia ke warung lesehan di dekat Benua Patra, kami makan pangsit, asik, ya. menikmati suasana alam memang yang sepoi tak lengkap tanpa es jeruk. pada awalnya, aku ditawari air putih dengan Fhita. Tapi aku menolak. Aku fikir, tak apalah, toh tiap hari aku jajan dikantin pasti beli air putih juga.

kami memang sengaja pulang agak Ma'grib untuk menunggu pesanan kacamata Fhita. Yah, bisa dibilang menghemat bensin dan waktu, daripada kami harus datang ketempat ini lagi. Menyempatkan diri ke mushola terdekat, aku dan teman-teman mulai menyadari, ada perubahan dengan suaraku. oh, tidak, suaraku mulai terdengar serak.

Hem, sabar, sabar, sabar. ada yang bilang suaraku seperti bapak-bapak, nenek-nenek, atau mungkin memintaku untuk diam. Jujur, aku belum bisa terlalu banyak berbahasa isyarat. aku tetap berusaha bicara dengan teman-teman dekatku. tapi terkadang apa yang aku ingin katakan harus tertahan karena memberat tiba-tiba. yah, aku pun diam.

setelah berlatih vocal grup dirumah bapak selama beberapa jam (banyak ngerjakan hal lain sih kebanding latihannya), malamnya aku ada jadwal les Bahasa Inggris. aku mencoba berbicara seperti biasanya pada sepupuku sebelum berangkat. tapi....

akhirnya, aku pergi ketempat les, setelah ketiduran hampir satu jam dirumah dan jam menunjukan hampir pukul 19.00 malam. Sampai disana, Alhamdulillah, sang guru masih belum menampakkan diri, dan otomatis aku belum ketinggalan.

Tak lama kemudian, Beliau datang dan memberi tugas kami. kali ini, aku membaca dengan putus-putus agar tak terdengar hilang secara keseluruhan. itu saja udah berat rasanya. malu...

walau begitu, aku tetap berusaha cuek. akhirnnya, ketika ada bacaan yang panjang, si Waxxxxa tampaknya mulai mengantuk. Ia menjadi kesulitan dalam menerjemahkan apa yang ia baca. untung saja, malam itu cepat berakhir.

dari minum jeruk nipis pake kecap sudah aku lakoni. aku meminta jeruk nipis dirumah Bapak, dan kuperas dan dicampur kecap manis. aku buang bijinya, dan kucampur dengan kecap. seorang temanku memeragakkan seperti akan muntah. "Huek, Huek, huekkk...."
"minumnya pakai sendok!" kata Fhita/

Sedikit basa- basi dengan mereka, aku langsug meneguk sari jeruk nipis+kecap yang aku tuang tadi. kelamaan pake sendok! terliht jelas ekspresi wajah mereka yang tak karuan. ini masih tak seberapa terasa dibangding sirih rebus  yang dibuat mamaku.

Terima kasih Tuhan untuk penyakit ini, aku harap aku bisa menghargai jauh lebih baik kesehatan di masa yang akan datang dimulai dari waktu ini. thank's....











No comments: