Saturday, December 17, 2011

tentang sahabat


 Semenjak dibangku SD, tak ada yang  menyebalkan bagiku, kecuali bermusuhan dengan teman-temanku sendiri. Sebenarnya penyebabnya hanyalah masalah sepele atau karena aksi mulut yang kadang keterlaluan. Aku sendiri pernah hampir ditelanjangi oleh teman perempuanku waktu bermain. Dia berfikir, itu tidak akan terjadi, aku hanya bisa menangis lalu pulang. Untung saja, beberapa yang cowok yang ikut bermain sedang menghadap kearah lain.
 Aku bukan orang yang pandai bergaul. Aku kadang minder untuk bergaul dekat dengan diri mereka yang aku anggap cantik. Aku seperti harus rela melalakuka  yang  apapun yang gak buat teman-temanku kecewa jika pergi kerumahku keadaannya sepi. Lingkungan disekitar rumahku memang cenderung sepi. Walaupun ada sebuah langgar kecil tepat disamping rumahku.
Entahlah, memang, tak semua salah mereka, kadang aku juga berbuat kesalahan yang sama. Aku membicarakan hal yang tak kusuka kepada seorang teman laki-laki, upps,,, ternyata, kritikku disampaikan pada yang bersangkutan. Akhirnya, aku pun dimusuhi. Untung saja, ia mau menegurku duluan waktu dekat perpisahan.
Hingga akhirnya, sewaktu aku menonton progam tv bernuansa islamiah, ‘Jangan pernah menyandarkan hidupmu pada manusia, karena bisa mengecewakan, sandarkan pada Allah!”
Yah, akhirnya, aku mulai mengerti, tak selamanya kita bisa berharap penuh pada orang lain, baik keuarga atau sahabat. Aku belajar mengerti, memahami apa yang kudengar, dan akhirnya aku mulai terbiasa untuk tidak menyadarkan harapan terlalu besar. Walaupun kadang kecolongannya juga rasanya.
Kini, aku merasakan lagi hal itu, mereka yang didekatku mungkin tak paham akan jalan fikiranku. Ada saatnya aku mengalah, dan ada saatnya aku ingin permintaanku ditanggapi dengan serius. Aku beberapa kali mengucapkan kata yang tak sepantasnya aku ucapkan karena terlalu emosi. Seharusnya, kubuang jauh-jauh kata itu dari fikiranku.
Seandainya mereka mengerti, tapi, ya, sudahlah, nasi telah menjadi bubur. Terpaksa masukin wortel, tirisan ayam, sayuran dan bahan lainnya biar tetap bisa dimakan. Huhhhh,,, istigfhar,,, astafirullahaladziimm,,,
Sebuah sugeti kini aku dapat, ‘maafkan, lupakan, anggap tak pernah terjadi dan biarkan selanjutnya itu menjadi urusan dia dengan tuhan’. Yah, dengan kata lain, aku berusaha melupakan peristiwa 13 Desember 2011 itu, diusia yang genap 17 tahun.
Aku gak tau bisa berteman dekat lagi dengan mereka atau tidak, yang jelas, ini membuatku berusaha lebih banyak diam sedari memperbaiki yang belum diperbaiki. Makasih, teman-teman, atas kejutannya. Walaupun, aku benci merasakannya, paling tidak kalian sudah membuka sisi gelapku yang harus terang bederang. Maafkan kata-kataku, khilafku.

No comments: