Semenjak dibangku SD, tak ada yang menyebalkan bagiku, kecuali bermusuhan dengan
teman-temanku sendiri. Sebenarnya penyebabnya hanyalah masalah sepele atau karena
aksi mulut yang kadang keterlaluan. Aku sendiri pernah hampir ditelanjangi oleh
teman perempuanku waktu bermain. Dia berfikir, itu tidak akan terjadi, aku
hanya bisa menangis lalu pulang. Untung saja, beberapa yang cowok yang ikut
bermain sedang menghadap kearah lain.
Aku bukan orang yang pandai bergaul. Aku
kadang minder untuk bergaul dekat dengan diri mereka yang aku anggap cantik.
Aku seperti harus rela melalakuka
yang apapun yang gak buat
teman-temanku kecewa jika pergi kerumahku keadaannya sepi. Lingkungan disekitar
rumahku memang cenderung sepi. Walaupun ada sebuah langgar kecil tepat
disamping rumahku.
Entahlah,
memang, tak semua salah mereka, kadang aku juga berbuat kesalahan yang sama.
Aku membicarakan hal yang tak kusuka kepada seorang teman laki-laki, upps,,,
ternyata, kritikku disampaikan pada yang bersangkutan. Akhirnya, aku pun
dimusuhi. Untung saja, ia mau menegurku duluan waktu dekat perpisahan.
Hingga
akhirnya, sewaktu aku menonton progam tv bernuansa islamiah, ‘Jangan pernah
menyandarkan hidupmu pada manusia, karena bisa mengecewakan, sandarkan pada
Allah!”
Yah, akhirnya,
aku mulai mengerti, tak selamanya kita bisa berharap penuh pada orang lain,
baik keuarga atau sahabat. Aku belajar mengerti, memahami apa yang kudengar,
dan akhirnya aku mulai terbiasa untuk tidak menyadarkan harapan terlalu besar.
Walaupun kadang kecolongannya juga rasanya.
Kini, aku
merasakan lagi hal itu, mereka yang didekatku mungkin tak paham akan jalan
fikiranku. Ada saatnya aku mengalah, dan ada saatnya aku ingin permintaanku
ditanggapi dengan serius. Aku beberapa kali mengucapkan kata yang tak sepantasnya
aku ucapkan karena terlalu emosi. Seharusnya, kubuang jauh-jauh kata itu dari
fikiranku.
Seandainya
mereka mengerti, tapi, ya, sudahlah, nasi telah menjadi bubur. Terpaksa masukin
wortel, tirisan ayam, sayuran dan bahan lainnya biar tetap bisa dimakan.
Huhhhh,,, istigfhar,,, astafirullahaladziimm,,,
Sebuah sugeti
kini aku dapat, ‘maafkan, lupakan, anggap tak pernah terjadi dan biarkan
selanjutnya itu menjadi urusan dia dengan tuhan’. Yah, dengan kata lain, aku
berusaha melupakan peristiwa 13 Desember 2011 itu, diusia yang genap 17 tahun.
Aku gak tau
bisa berteman dekat lagi dengan mereka atau tidak, yang jelas, ini membuatku
berusaha lebih banyak diam sedari memperbaiki yang belum diperbaiki. Makasih,
teman-teman, atas kejutannya. Walaupun, aku benci merasakannya, paling tidak
kalian sudah membuka sisi gelapku yang harus terang bederang. Maafkan kata-kataku, khilafku.
No comments:
Post a Comment